“…Jaringan yang terkonsentrasi di pusat – pusat kota ini membuat perubahan karateristik penonton. Konsistensi mereka yang menyajikan filem – filem remaja telah menciptakan iklim baru dalam budaya bioskop Indonesia. Tidak hanya pilihan filem, Publikasi, iklan, dan fasilitas yang diberikan semuanya diorientasikan untuk penonton remaja. Dan hasilnya, Sebagian besar penonton film sekarang adalah remaja. Hal ini juga diikuti dan dijadikan tantangan oleh banyak filem maker. Terutama pembuat filem komersil atau filem pop yang selalu dipengaruhi selera pasar. Dalam usaha kategorisasi yang cukup lama, penonton “kelas ini” terkonstruksi sebagai penonton “kelas atas”. Bioskop yang berada di daerah – yang tidak memliki jaringan Cinema 21 – yang masih sering memutar filem-filem lama – serta yang secara umum diorientasikan untuk penonton dewasa – sengaja atau tidak terkonstruksi sebagai tontonan “kelas dua”. Beberapa pengamat perfileman melihat pola yang unik dari distribusi filem di tanah air ini…” | Bioskop, Monopoli, dan Konstruksi Sejarah
Lihat pos aslinya 3.553 kata lagi
Silahkan komentar dan tanggapi